Ahlan Wa Sahlan.. Walcome.. Sugeng Rawuh..

Selamat datang di blog kami.. Ini sekedar catatan kecil kami tentang hidup :D

Pages

Kamis, 07 Maret 2013

Bukan Hanya Sekedar Mengajar...

Dalam dunia pendidikan, khususnya pendidikan di sekolah, pendidik atau dalam hal ini ustadz/ustadzah mempunyai peranan yang sangat penting dalam kesuksesan pencapaian tujuan pendidikan. Ustadzah diharapkan tidak hanya mengajar namun juga mendidik anak agar tujuan dapat dicapai secara menyeluruh. Teknik mengajar, hubungan interpersonal guru dengan siswa, dan penguasaan kelas adalah beberapa unsur penting dalam pencapaian tujuan.
            Hubungan interpersonal adalah unsur yang sangat penting dalam hal pendidikan kepada anak baik antara orang tua dan anak maupun guru dan anak. Ketika anak sudah merasa dekat dan bersahabat dengan pendidik, maka nilai-nilai yang akan kita tanamkan ke anak akan lebih mudah untuk menginternal dalam diri anak. Wali kelas dan guru pendamping terutama, wali kelas dan guru pendamping  adalah pendidik yang paling banyak intensitasnya bersama dan berhubungan dengan anak. Selain itu, dalam menyampaikan sesuatu, misalkan peraturan, pendidik harus mampu memberikan alasan kenapa peraturan itu dibuat, apa manfaatnya untuk anak, dan sebgainya. Pendidik juga harus sering mengajak dialog kepada anak dan mengajak anak untuk berfikir.
Berbeda dengan ketika kita hanya menerapkankan sistem hukuman bahkan menyerupai sistem militer dalam menerapkan nilai-nilai kebaikan. Hal ini terbukti bahwa banyak keluhan dari orang tua bahwa anak-anak seringkali tidak konsisten dalam perbuatan, ketika di rumah dan di sekolah karena di sekolah ketika mereka melakukan dan meninggalkan suatu perbuatan kebanyakan hanya karena takut dengan ustadzah dan hukuman. Ketika hubungan interpersonal antara anak dengan pendidik sudah dibangun dengan baik, maka nilai-nilai pendidikan yang kita masukan ke anak akan lebih menginternal dalam diri anak sehingga punishment hanya dijadikan sebagai alternatif terakhir, bahkan metode punishment ini dapat dihilangkan. Hal inilah yang nanti diharapkan dapat dilaksanakan oleh seluruh sumber daya manusia dalam dunia pendidikan kedepanya dalam rangka mewujudkan visi pendidikan.
            Selain hubungan interpersonal, kekonsistenan dan ketegasan juga diperlukan dalam pendidikan. Dalam menanamkan peraturan, pendidik harus semaksimal mungkin konsisten dan tegas. Peraturan tidak akan berjalan maksimal manakala pendidik sendiri tidak meberikan contoh atau bahkan melanggar. Anak bisa jadi takkan memberikan kepercayaan lagi terhadap pendidik bahkan tak mau lagi menjalankan peraturan yang sudah kita buat. Penanaman menerima konseskuensi sudah harus dikenalkan sejak dini, misalkan anak telah melakukan sebuah kecerobohan, maka ia akan merasakan hasil dari kecerobohan itu. Ketika peraturan sudah dibuat dan berjalan, maka tak ada lagi tawar menawar. Jika sekali saja ada keringanan atau karena orang tua merasa kasihan maka kemungkinan besar, anak selanjutnya akan mengulangi hal yang sama.
            Dalam penanaman nilai-nilai moral dan peraturan juga diperlukan adanya komunikasi dan koordinasi antara pihak sekolah dan orang tua. Nilai dan peraturan yang ditanamkan kepada anak disekolah juga harus disosialisasikan dan difahamkan kepada orang tua, serta orang tua juga turut serta konsisten dengan itu. Hal ini juga dapat menghindari adanya ketidak konsistenan anak dalam melakukan dan meninggalkan perbuatan antara di sekolah dengan di rumah. Ketika orang tua sendiri tidak memberikan contoh bahkan melanggar, maka anak bisa jadi hanya melakukan dan meninggalkan perbuatan hanya ketika di sekolah, dan ketika di rumah, mereka tak lagi konsisten.
#Disampaikan dalam buku panduan UPP Nurul Islam Yogyakarta

“Beda Otak Satu Hati”

               Beberpa kali saya membaca entah itu namanya diskusi, debat atau saling hujat di beberapa postingan beberapa orang di fesbuk. Rasanya campur-campur,, pengen ketawa, gondok, miris, gemez. Di sebuah group salah satu ormas islam, harokah A menghujat harokah B.. disna juga harokah A menghujat harokah C.. tepatnya mereka saling menhujat, seolah harokah merekalah yang paling benar. Meski kalau saya pribadi melihat ada oknum dari masing-masing harokah yg masih bisa menempakan diri dan bebrbahasa yg sehat disna, selayaknya memang diskusi sehat. Namun ada oknum-oknum yg <maaf> kalau sya boleh menilai sperti orang yang tidak punya etika berbicara. Tapi tetap saja ujung-ujungnya saling gontok. Ditempat lain, ternyata terjadi hal yg sma, namun kali ini harokah B yang menghujat harokah C. Terjadi hal yang sama.... Kejadian-kejadian semacam ini tidak hanya sya temui di 1 atau 2 tempat saja... Setiap kali membaca pembicaraan meraka rasanya “Gggrrrrr” banget. Saya berfikir, bagaimana jika para islamophobia membaca omongan-omongan mreka? Betapa puasnya mereka melihat muslim yang saling hantam.
             Saya sendiri pernah masuk ke wilayah dan merasakan beberapa tubuh harokah, dan saya merasakan memang masing-masing punya kelebihan dan kelemahan. Bagi saya yang memang memposisikan diri sebagai seorang yg harus terus banyak belajar, saya mencoba untuk mengambil hal-hal positif dari masing-masing harokah. Harokah B misalnya, di sna saya banyak belajar tentang bagai mana menjadi pribadi yg rindu akan syurga.. pribadi yang tidak hedonis dll. Meskipun saya memang blm berubah 100% menjadi pribadi tersebut. Tp saya sndiri merasakan sesuatu yang sedikit berbeda setelah saya belajar dari mereka. Begitu juga di harokah A dan C misalnya, Sya banyak belajar tentang hal lain disna namun ada hal yang saya inginkan, namun tidak saya dapatkan dsna.
             Sebagai alat perjuangan, Saya rasa perbedaan itu tidak tak beralasan. Mereka masing-masing punya landasan dan alasan yg berbeda-beda kenapa memakai alat ini dan itu. Toh yg penting tujuanya sama. Menegakkan kalimatullah.. Ibarat mau ke maliboro, yang satu memakai Vario, dan yg satu memakai Mio. Tinggal lihat siapa duluan yg smpai aja kan? Fastabiqul khoiroot yg sering dilupakan. Perbedaan pemikiran itu hal yang lumrah,, namun, jika smpai dari perbedaan itu menjadikan muslim jdi terpecah belah, bahkan saling tuding, hujat, gontok itu yg perlu dibenahi. Banyak musuh islam yg nyata-nyata di dpan mata justru kita lupakan. Masing-masing kita terlalu sibuk deng fanatisme golongan. Kalo ada slogan “Otak boleh beda tapi hati tetap satu” sepertinya akan dipakai untuk mempersatukan umat. Bersatu meskipun tak melebur, bersatu dan saling bersinergi. Tapi syangnya, masih banyak orang yang berkata dan bersikap itu belum memakai hati.
            Sebenarnya saya kurang setuju dengan analogi bahwa harokah itu ibarat kamar-kamar yang ada dalam satu bangunan atau rumah, karen dengan analogi seperti itu masih akan ada indikasi-indikasi fanatisme, karena memang kamar adalah sebuah ruang pribadi yg terkadang orang lain tak boleh memasukinya dan secara psikologis, hubungan interpesrsonal bisa akan menjadi masalah dari hal semacam itu. Saya lebih sepakat dg analogi bahwa Muslim itu ibarat satu bangunan, dan setiap muslim seharusnya saling menguatkan. Harokah adalah bagian-bagian dari bangunan itu. Ada yg menjadi tiangnya, ada yang menjadi atapnya, ada yang menjadi lantainya.. msing-msing berfungsi dan kalau tidak ada satu saja dari bgian itu, bangunan itu takkan ideal bahkan bisa rubuh. Atau sbagai alat dan kendaraan perjuangan, harokah bisa dianalogikan dg tujuan ke malioboro tdi. 
         Melihat keadaan umat yang cukup parah di zaman yang GJ ini, bagi saya dakwah dari manapun dibutuhkan, atas, bawah, kanan, kiri, dari yang terkecil sampai yang terbesar masing2 kelompok mempunyai peran yang berbeda2. Materi dakwahpun beragam, dari level yang teringan sampai yang terberat semua dibutuhkan. Yang pasti dakwah idealnya memang harus proposional. So, seharusnya kita menghargai siapapun yang berusaha untuk berdedikasi, berda'wah sesuai dengan ijtihad dan kemampuan masing2. Yang menjadi masalah adalah orang yang hanya diam berpangku tangan, tidak tergerak hatinya untuk sekedar memberikan kontribusi untuk umat, mementingkan diri sendiri dan acuh tak acuh dengan keadaan umat dari berbagi belahan dunia dari bejibun permasalahan yang dihadapi dari yang terlihat oleh kasat mata, sampai yang tersembunyi sekalipun. Lantas Apa yg sudah dan bisa kita lakukan saat ini? Sekecil apapun, sesederhana apapun usaha dan kontribusi yg bisa kita lakukan, semoga Hati kita tergerak dan mau merealisasikanya serta kita diberikan keistiqomahan. aamiinn... Wallahu’alam bissowab <bee>

*Foto di atas hanya sebagai ilustrasi saja.. buka berarti hanya HTI dan PKS yang jadi sasaran ^,^


Inspirasiku :D

Inspirasiku :D
Lahan dakwah ladang ILmu.. :)