Ahlan Wa Sahlan.. Walcome.. Sugeng Rawuh..

Selamat datang di blog kami.. Ini sekedar catatan kecil kami tentang hidup :D

Pages

Kamis, 07 Maret 2013

“Beda Otak Satu Hati”

               Beberpa kali saya membaca entah itu namanya diskusi, debat atau saling hujat di beberapa postingan beberapa orang di fesbuk. Rasanya campur-campur,, pengen ketawa, gondok, miris, gemez. Di sebuah group salah satu ormas islam, harokah A menghujat harokah B.. disna juga harokah A menghujat harokah C.. tepatnya mereka saling menhujat, seolah harokah merekalah yang paling benar. Meski kalau saya pribadi melihat ada oknum dari masing-masing harokah yg masih bisa menempakan diri dan bebrbahasa yg sehat disna, selayaknya memang diskusi sehat. Namun ada oknum-oknum yg <maaf> kalau sya boleh menilai sperti orang yang tidak punya etika berbicara. Tapi tetap saja ujung-ujungnya saling gontok. Ditempat lain, ternyata terjadi hal yg sma, namun kali ini harokah B yang menghujat harokah C. Terjadi hal yang sama.... Kejadian-kejadian semacam ini tidak hanya sya temui di 1 atau 2 tempat saja... Setiap kali membaca pembicaraan meraka rasanya “Gggrrrrr” banget. Saya berfikir, bagaimana jika para islamophobia membaca omongan-omongan mreka? Betapa puasnya mereka melihat muslim yang saling hantam.
             Saya sendiri pernah masuk ke wilayah dan merasakan beberapa tubuh harokah, dan saya merasakan memang masing-masing punya kelebihan dan kelemahan. Bagi saya yang memang memposisikan diri sebagai seorang yg harus terus banyak belajar, saya mencoba untuk mengambil hal-hal positif dari masing-masing harokah. Harokah B misalnya, di sna saya banyak belajar tentang bagai mana menjadi pribadi yg rindu akan syurga.. pribadi yang tidak hedonis dll. Meskipun saya memang blm berubah 100% menjadi pribadi tersebut. Tp saya sndiri merasakan sesuatu yang sedikit berbeda setelah saya belajar dari mereka. Begitu juga di harokah A dan C misalnya, Sya banyak belajar tentang hal lain disna namun ada hal yang saya inginkan, namun tidak saya dapatkan dsna.
             Sebagai alat perjuangan, Saya rasa perbedaan itu tidak tak beralasan. Mereka masing-masing punya landasan dan alasan yg berbeda-beda kenapa memakai alat ini dan itu. Toh yg penting tujuanya sama. Menegakkan kalimatullah.. Ibarat mau ke maliboro, yang satu memakai Vario, dan yg satu memakai Mio. Tinggal lihat siapa duluan yg smpai aja kan? Fastabiqul khoiroot yg sering dilupakan. Perbedaan pemikiran itu hal yang lumrah,, namun, jika smpai dari perbedaan itu menjadikan muslim jdi terpecah belah, bahkan saling tuding, hujat, gontok itu yg perlu dibenahi. Banyak musuh islam yg nyata-nyata di dpan mata justru kita lupakan. Masing-masing kita terlalu sibuk deng fanatisme golongan. Kalo ada slogan “Otak boleh beda tapi hati tetap satu” sepertinya akan dipakai untuk mempersatukan umat. Bersatu meskipun tak melebur, bersatu dan saling bersinergi. Tapi syangnya, masih banyak orang yang berkata dan bersikap itu belum memakai hati.
            Sebenarnya saya kurang setuju dengan analogi bahwa harokah itu ibarat kamar-kamar yang ada dalam satu bangunan atau rumah, karen dengan analogi seperti itu masih akan ada indikasi-indikasi fanatisme, karena memang kamar adalah sebuah ruang pribadi yg terkadang orang lain tak boleh memasukinya dan secara psikologis, hubungan interpesrsonal bisa akan menjadi masalah dari hal semacam itu. Saya lebih sepakat dg analogi bahwa Muslim itu ibarat satu bangunan, dan setiap muslim seharusnya saling menguatkan. Harokah adalah bagian-bagian dari bangunan itu. Ada yg menjadi tiangnya, ada yang menjadi atapnya, ada yang menjadi lantainya.. msing-msing berfungsi dan kalau tidak ada satu saja dari bgian itu, bangunan itu takkan ideal bahkan bisa rubuh. Atau sbagai alat dan kendaraan perjuangan, harokah bisa dianalogikan dg tujuan ke malioboro tdi. 
         Melihat keadaan umat yang cukup parah di zaman yang GJ ini, bagi saya dakwah dari manapun dibutuhkan, atas, bawah, kanan, kiri, dari yang terkecil sampai yang terbesar masing2 kelompok mempunyai peran yang berbeda2. Materi dakwahpun beragam, dari level yang teringan sampai yang terberat semua dibutuhkan. Yang pasti dakwah idealnya memang harus proposional. So, seharusnya kita menghargai siapapun yang berusaha untuk berdedikasi, berda'wah sesuai dengan ijtihad dan kemampuan masing2. Yang menjadi masalah adalah orang yang hanya diam berpangku tangan, tidak tergerak hatinya untuk sekedar memberikan kontribusi untuk umat, mementingkan diri sendiri dan acuh tak acuh dengan keadaan umat dari berbagi belahan dunia dari bejibun permasalahan yang dihadapi dari yang terlihat oleh kasat mata, sampai yang tersembunyi sekalipun. Lantas Apa yg sudah dan bisa kita lakukan saat ini? Sekecil apapun, sesederhana apapun usaha dan kontribusi yg bisa kita lakukan, semoga Hati kita tergerak dan mau merealisasikanya serta kita diberikan keistiqomahan. aamiinn... Wallahu’alam bissowab <bee>

*Foto di atas hanya sebagai ilustrasi saja.. buka berarti hanya HTI dan PKS yang jadi sasaran ^,^


0 komentar:

Posting Komentar

Inspirasiku :D

Inspirasiku :D
Lahan dakwah ladang ILmu.. :)