Ahlan Wa Sahlan.. Walcome.. Sugeng Rawuh..

Selamat datang di blog kami.. Ini sekedar catatan kecil kami tentang hidup :D

Pages

Senin, 09 Desember 2013

Da'wah Pembinaan (Membangun Karakter Muslim)



Tulisan ini sekedar sharing dari pengalaman saya sebagai insan pembelajar yang masih belum banyak ilmunya dan selalu haus akan cucuran air kehidupan penyejuk nafsh dan Qolb.

Beberapa tahun ini saya merasakan betapa saya sedang berusaha mencari berbagai cara untuk bisa menerapi diri sendiri (untuk orang lain juga) agar bisa menjadi pribadi yang lebih baik, dan terus bisa memperbaiki diri setiap waktu menuju detik-detik dimana saya harus bisa mempertanggung jawabkan segala polah tingkah di dunia yang fana ini dihadapan Sang Pencipta, Melihat pribadi saya yang lebih banyak sekali sisi negatifnya dibandingkan dengan sisi positifnya. Meskipun sampai pada detik ini saya masih merasa belum menjadi pribadi terbaik. Saya melihat orang-orang disekeliling saya masih begitu banyak yang lebih shalih, tawadhu’, dan lebih kaffah dalam menjalakan kehidupan sebagai seorang muslim yang mempunyai tujuan besar. Ridho Alloh untuk bisa mencapai syurga yang dirindu..

*Tentang terapi jiwa... “lantas psikologi yang kamu pelajari selama ini???? Kemana???”

Ilmu psikologi yang notabene berasal dari “barat” yang dibawa oleh orang-orang non muslim bahkan atheis sakalipun yang selama ini saya pelajari ternyata memang tak cukup untuk bisa menjadikan manusia menuju kategori “insan kamil”. Terapi-terapi yang sifatnya duniawi sering kali tidak memberikan kepuasan dan ketenangan jiwa ketika saya merasakan berbagai kesulitan hidup dan mencari apa yang dicari di dunia ini. Barangkali salah satunya karena kekuatan dari segala kekuatan (anchor) yang ada pada psikologi barat bukanlah “ALLoh”. Bahkan beberapa tokoh psikologi mengatakan bahwa Tuhan adalah buah dari ilusi dan delusi manusia. Saya tidak mengatakan bahwa semua teori psikologi barat itu salah., namun terkadang memang kami sebagai “tiang” psikologi merasa tak puas bahkan mengernyitkan dahi saat belajar psikologi barat ini.

Ya, sikap skeptis kami (termasuk saya) dengan psikologi barat ini membuat kami tergerak dan bersemangat (Mboh Pie carane) untuk bisa mencari ilmu jiwa yang sesungguhnya.. Saya pribadi akhirnya memilih “nyemplung” ke sebuah oraganisasi bernama “imamupsi” yang orang-orang di dalamnya memang mepunyai tujuan kurang lebih sama seperti saya. Kami terus menggali dan menggali, mengembangkan dari mulai kajian, diskusi, sekedar kongke-kongke ngopi bareng sharing-sharing dll, sampai melanglang buana ke para punggawa psikologi islam. Meskipun memang menurut saya konsep psikologi islam sendiri sebenarnya secara epistimologi masih belum ada titik satu pemikiran dari berbagai tokoh psikologi islam. Ada yang mengatakan psikologi islam esensinya adalah psikologi berbasis syariat, ada yang mengatakan psikologi tasawuf, dll. Bahkan ada pula yang mengatakan bahwa tak perlu ada nama psikologi islam yang terpenting adalah penerapan psikologi mengandung nilai-nilai islam. Fine.. bagi saya, itu tidak begitu penting..

*Lantas apa hubunganya psikologi dengan da’wah pembinaan mbakyuu??

Ok, Kita beralih ke da’wah pembinaan...

Ada banyak hubungan psikologi dengan da’wah, bahkan psikologi dan da’wah adalah satu tubuh yang tak bisa dipisahkan, karena dalam da’wah ada psikologi dan dalam psikologi ada da’wah (nah Loh??) Dalam hadist Rosulullah Solallahu’alaihiwasalam disebutkan bahwa:

“Di dalam Tubuh manusia ada segumpal daging, jika daging itu rusak, maka rusaklah manusia, jika daging itu baik, maka baiklah manusia. Segumpal daging itu adalah hati” (H.R Muslim)

Sebagai mana hadits di atas maka dapat dikatakan bahwa hati yang sehat akan membuahkan jiwa yang sehat pula serta meunculkan perilaku yang arif dan sesuai dengan syari’at Alloh ta’ala. Dalam dunia psikologi saat ini perilaku menjadi fokus pengkajian keilmuan, sedangkan pembahasan hati dan ruh sendiri hampir tidak ada, Namun disini saya tidak akan membahas secara mendalam tentang hati dan ruh itu sendiri. Pembahasan ini memerlukan kajian yang sangat mendalam.

Beberapa fungsi da’wah sendiri antara lain adalah pembentukan nilai dan karakter muslim, menanamkan nilai-nilai moral, syari’at, pembersihan hati, ruhiyah, dan mendekatkan diri kita kepada Alloh Ta’ala sehingga  menjadikan manusia sejahtera secara psikologis dan sehat secara mental. Hati dan ruh ibarat tumbuhan. Lalu bagaimana kondisi tumbuhan jika pemiliknya tak rutin menjaga, menyiran dan memupuknya? Tumbuhan ini sering dipupuk dan disiram agar tetap bertahan tumbuh atau paling tidak hidup dan tidak layu bahkan mati. Da’wah pembinaan yang sering disebut Liqo’, halqoh atau semacamnya ibarat aktivitas penyiraman yang dilakukan secara rutin. Da’wah pembinaan ini efeknya cukup luar biasa jika seseorang menjalankanya dengan niatan yang benar-benar ikhlas karena Alloh Ta’ala.

Saya pribadi tidak mengatakan bahwa saya mengikuti da’wah pembinaan ini ikhlas karena Alloh Ta’ala, karena ikhlas sendiri sesungguhnya Alloh yang menilai. Namun, saya sendiri merasakan bahwa da’wah pembinaan ini memang cukup berpengaruh dengan perubahan kehidupan saya. Saya dulu sering kali mengikuti aktivitas-aktivitas da’wah di kampus, namun saya merasa saat itu masih merasakan kering dan sering kali masih menunjukkan bahwa saya bukan seorang aktivis da’wah. Saya baru menyadari bahwa saat itu saya masih sangat jauh dengan Alloh dan sering kali lalai. Sifat dan perilaku negatif yang ada pada diri saya dominan sekali muncul, bahkan dalam memaknai kehidupan saya merasa tidak begitu mendalam.

Saya baru sadar bahwa kebutuhan saya yang lain saat itu belum terpenuhi. Saya baru sadar bahwa kesibukan-kesibukan yang dulu saya lakukan seperti tidak ada apa-apanya, bahkan aktivitas-aktivitas da’wahpun sering kali tidak murni karena Alloh. wallahu’allam.. sya tetap berharap bahwa apapun yang selama ini saya lakukan semoga menjadi amal ibadah disisi Alloh. Aamiin.. Akhirnya saya berkelana mencari-cari apa yang selama ini saya butuhkan. Di awal tulisan ini saya mengatakan bahwa ilmu psikologi yang saya tekuni ternyata tidak cukup menjadikan saya pribadi yang benar-benar bisa berperilaku sehat dan bermental sehat. Alloh! Ya, saat itu jelas saya mengenal Alloh, bahkan saya tidak hanya sekedar mengenal Alloh namun juga memahami bahwa siapa itu Alloh. Namun, Saya merasakan bahwa saat itu ternyata saya masih belum benar-benar menemukan kekuatan dan memahami Alloh sepenuhnya.

Saya berkelana (ngaji) tidak hanya pada satu golongan tertentu saja.. Saya mengaji dimana-mana, bahkan saya sempat mengikuti da’wak pembinaan pada tubuh dua harokah sekaligus. Ada yang mencibir saya oplosan, ada yang berfikir saya masih mencari jati diri mencari harokah, bahkan ada yang mengatakan saya menghianati harokah yang sebelumnya saya masuki. Whatever.. Saya tetap cuek.. karena niat saya belajar, ya belajar! Selain juga berniat mengenal dan merasakan langsung berada pada tubuh mereka, namun  bagi saya, itu juga merupakan bagian dari proses belajar. Saya tidak hanya mengikuti pembinaan rutin, diluar itu saya masih terus mencari dan mengikuti kajian apapun dan dimanapun terutama kajian-kajian bertemakan aqidah dan ruhiyah.

Saya merasakan bahwa kajian aqidah dan ruhiyah yang beberapa kali saya ikuti ini ternyata tidak sesimpel dan sedasar yang selama ini saya pelajari. Konseskuensi dari Tauhid misalnya, ternyata konsekuensi manusia bertauhid, konsekuensi manusia dilahirkan di bumi ini tidak sesederhana yang selama ini saya dapatkan.  Kajian ruhiyah yang saya ikuti sering kali semakin membuat saya merasa sangat kotor dan rasanya seperti mendapatkan tamparan atas dosa-dosa yang sering kali saya lakukan.

Kajian aqidah dan ruhiyah ini ketika dipadukan sungguh indah. Ditambah lagi dengan kajian-kajian dari materi psikologi islam.. Paket ini insyaAlloh cukup lengkap untuk menjadikan kita bisa lebih memaknai tentang kehidupan dan terus berusaha untuk menjadi insan kamil. Tapi kajian-kajian semacam ini saya katakan bahwa tidak cukup hanya sekali dua kali saja.. Sifatnya harus rutin dan pembinaan. Selain mendapatkan pembinaan, dengan berkumpul dengan orang-orang yang shalih shalihah kita juga bisa saling mengingatkan dan menasehati serta bertukar ilmu dll. Ini juga salah satu yang menjadikan jiwa dan ruh kita semakin kuat..


Saya merasakan bahwa program-program da’wah pragmatis tidak membuahkan hasil yang maksimal dan tidak membuat perubahan yang signifikan terutama dalam pembentukan karakter. Pembentukan karakter muslim yang sentiasa menjadikan Alloh sebagai puncak dari segala sumber kekuatan hidup sebaiknya dilakukan melalui pembinaan rutin diiringi dengan pedekatan psikologis personal, dan kultural. Maka dari itu sekali lagi saya katakan bahwa dakwah ibarat makanan dan air yang selalu dibutuhkan manusia sepanjang hayat. Makanan dan air ini tak cukup hanya sesuap dua suap dan airpun tak cukup hanya seteguk dua teguk untuk bisa menjadikan tubuh yang sehat. Saya sangat yakin dengan terus belajar dan mengikuti kajian di manapun dan kapanpun insyaAlloh akan memberikan dampak positif bagi kita selama kita mengerjakanya dengan ikhlas niat Lillah dan bisa mengambil segala sisi positif dan membuang sisi negatif dati berbagai tempat yang kita datangi sebagai majlis ilmu, harokah dll (ini dalam kontes tholabul ilmi, bukan aktivitas dakwah) terutama untuk mendapatkan kesejahteraan psikologis dan sehat secara mental, serta mempunyai karakter muslim yang sesungguhnya. *bee

0 komentar:

Posting Komentar

Inspirasiku :D

Inspirasiku :D
Lahan dakwah ladang ILmu.. :)