Tulisan ini sekedar sharing dari pengalaman saya sebagai insan
pembelajar yang masih belum banyak ilmunya dan selalu haus akan cucuran air
kehidupan penyejuk nafsh dan Qolb.
Beberapa tahun
ini saya merasakan betapa saya sedang berusaha mencari berbagai cara untuk bisa
menerapi diri sendiri (untuk orang lain juga) agar bisa menjadi pribadi yang
lebih baik, dan terus bisa memperbaiki diri setiap waktu menuju detik-detik
dimana saya harus bisa mempertanggung jawabkan segala polah tingkah di dunia
yang fana ini dihadapan Sang Pencipta, Melihat pribadi saya yang lebih banyak
sekali sisi negatifnya dibandingkan dengan sisi positifnya. Meskipun sampai
pada detik ini saya masih merasa belum menjadi pribadi terbaik. Saya melihat
orang-orang disekeliling saya masih begitu banyak yang lebih shalih, tawadhu’,
dan lebih kaffah dalam menjalakan kehidupan sebagai seorang muslim yang
mempunyai tujuan besar. Ridho Alloh untuk bisa mencapai syurga yang dirindu..
*Tentang terapi jiwa... “lantas psikologi yang kamu pelajari selama
ini???? Kemana???”
Ilmu psikologi
yang notabene berasal dari “barat” yang dibawa oleh orang-orang non muslim
bahkan atheis sakalipun yang selama ini saya pelajari ternyata memang tak cukup
untuk bisa menjadikan manusia menuju kategori “insan kamil”. Terapi-terapi yang
sifatnya duniawi sering kali tidak memberikan kepuasan dan ketenangan jiwa
ketika saya merasakan berbagai kesulitan hidup dan mencari apa yang dicari di
dunia ini. Barangkali salah satunya karena kekuatan dari segala kekuatan
(anchor) yang ada pada psikologi barat bukanlah “ALLoh”. Bahkan beberapa tokoh
psikologi mengatakan bahwa Tuhan adalah buah dari ilusi dan delusi manusia.
Saya tidak mengatakan bahwa semua teori psikologi barat itu salah., namun
terkadang memang kami sebagai “tiang” psikologi merasa tak puas bahkan
mengernyitkan dahi saat belajar psikologi barat ini.
Ya, sikap
skeptis kami (termasuk saya) dengan psikologi barat ini membuat kami tergerak
dan bersemangat (Mboh Pie carane) untuk bisa mencari ilmu jiwa yang
sesungguhnya.. Saya pribadi akhirnya memilih “nyemplung” ke sebuah oraganisasi
bernama “imamupsi” yang orang-orang di dalamnya memang mepunyai tujuan kurang
lebih sama seperti saya. Kami terus menggali dan menggali, mengembangkan dari
mulai kajian, diskusi, sekedar kongke-kongke ngopi bareng sharing-sharing dll,
sampai melanglang buana ke para punggawa psikologi islam. Meskipun memang
menurut saya konsep psikologi islam sendiri sebenarnya secara epistimologi
masih belum ada titik satu pemikiran dari berbagai tokoh psikologi islam. Ada
yang mengatakan psikologi islam esensinya adalah psikologi berbasis syariat,
ada yang mengatakan psikologi tasawuf, dll. Bahkan ada pula yang mengatakan
bahwa tak perlu ada nama psikologi islam yang terpenting adalah penerapan
psikologi mengandung nilai-nilai islam. Fine.. bagi saya, itu tidak begitu
penting..
*Lantas apa hubunganya psikologi dengan
da’wah pembinaan mbakyuu??
Ok, Kita
beralih ke da’wah pembinaan...
Ada banyak hubungan psikologi
dengan da’wah, bahkan psikologi dan da’wah adalah satu tubuh yang tak bisa
dipisahkan, karena dalam da’wah ada psikologi dan dalam psikologi ada da’wah
(nah Loh??) Dalam hadist
Rosulullah Solallahu’alaihiwasalam disebutkan bahwa:
“Di dalam Tubuh
manusia ada segumpal daging, jika daging itu rusak, maka rusaklah manusia, jika
daging itu baik, maka baiklah manusia. Segumpal daging itu adalah hati” (H.R
Muslim)
Sebagai mana
hadits di atas maka dapat dikatakan bahwa hati yang sehat akan membuahkan jiwa
yang sehat pula serta meunculkan perilaku yang arif dan sesuai dengan syari’at
Alloh ta’ala. Dalam dunia psikologi saat ini perilaku menjadi fokus pengkajian
keilmuan, sedangkan pembahasan hati dan ruh sendiri hampir tidak ada, Namun
disini saya tidak akan membahas secara mendalam tentang hati dan ruh itu
sendiri. Pembahasan ini memerlukan kajian yang sangat mendalam.
Beberapa
fungsi da’wah sendiri antara lain adalah pembentukan nilai dan karakter muslim,
menanamkan nilai-nilai moral, syari’at, pembersihan hati, ruhiyah, dan
mendekatkan diri kita kepada Alloh Ta’ala sehingga menjadikan manusia sejahtera secara
psikologis dan sehat secara mental. Hati dan ruh ibarat tumbuhan. Lalu
bagaimana kondisi tumbuhan jika pemiliknya tak rutin menjaga, menyiran dan
memupuknya? Tumbuhan ini sering dipupuk dan disiram agar tetap bertahan tumbuh
atau paling tidak hidup dan tidak layu bahkan mati. Da’wah pembinaan yang
sering disebut Liqo’, halqoh atau semacamnya ibarat aktivitas penyiraman yang
dilakukan secara rutin. Da’wah pembinaan ini efeknya cukup luar biasa jika
seseorang menjalankanya dengan niatan yang benar-benar ikhlas karena Alloh
Ta’ala.
Saya pribadi
tidak mengatakan bahwa saya mengikuti da’wah pembinaan ini ikhlas karena Alloh
Ta’ala, karena ikhlas sendiri sesungguhnya Alloh yang menilai. Namun, saya sendiri
merasakan bahwa da’wah pembinaan ini memang cukup berpengaruh dengan perubahan
kehidupan saya. Saya dulu sering kali mengikuti aktivitas-aktivitas da’wah di
kampus, namun saya merasa saat itu masih merasakan kering dan sering kali masih
menunjukkan bahwa saya bukan seorang aktivis da’wah. Saya baru menyadari bahwa
saat itu saya masih sangat jauh dengan Alloh dan sering kali lalai. Sifat dan
perilaku negatif yang ada pada diri saya dominan sekali muncul, bahkan dalam
memaknai kehidupan saya merasa tidak begitu mendalam.
Saya baru
sadar bahwa kebutuhan saya yang lain saat itu belum terpenuhi. Saya baru sadar
bahwa kesibukan-kesibukan yang dulu saya lakukan seperti tidak ada apa-apanya,
bahkan aktivitas-aktivitas da’wahpun sering kali tidak murni karena Alloh.
wallahu’allam.. sya tetap berharap bahwa apapun yang selama ini saya lakukan
semoga menjadi amal ibadah disisi Alloh. Aamiin.. Akhirnya saya berkelana
mencari-cari apa yang selama ini saya butuhkan. Di awal tulisan ini saya
mengatakan bahwa ilmu psikologi yang saya tekuni ternyata tidak cukup
menjadikan saya pribadi yang benar-benar bisa berperilaku sehat dan bermental
sehat. Alloh! Ya, saat itu jelas saya mengenal Alloh, bahkan saya tidak hanya
sekedar mengenal Alloh namun juga memahami bahwa siapa itu Alloh. Namun, Saya
merasakan bahwa saat itu ternyata saya masih belum benar-benar menemukan
kekuatan dan memahami Alloh sepenuhnya.
Saya berkelana
(ngaji) tidak hanya pada satu golongan tertentu saja.. Saya mengaji
dimana-mana, bahkan saya sempat mengikuti da’wak pembinaan pada tubuh dua
harokah sekaligus. Ada yang mencibir saya oplosan, ada yang berfikir saya masih
mencari jati diri mencari harokah, bahkan ada yang mengatakan saya menghianati
harokah yang sebelumnya saya masuki. Whatever.. Saya tetap cuek.. karena niat
saya belajar, ya belajar! Selain juga berniat mengenal dan merasakan langsung
berada pada tubuh mereka, namun bagi
saya, itu juga merupakan bagian dari proses belajar. Saya tidak hanya mengikuti
pembinaan rutin, diluar itu saya masih terus mencari dan mengikuti kajian
apapun dan dimanapun terutama kajian-kajian bertemakan aqidah dan ruhiyah.
Saya merasakan
bahwa kajian aqidah dan ruhiyah yang beberapa kali saya ikuti ini ternyata
tidak sesimpel dan sedasar yang selama ini saya pelajari. Konseskuensi dari
Tauhid misalnya, ternyata konsekuensi manusia bertauhid, konsekuensi manusia
dilahirkan di bumi ini tidak sesederhana yang selama ini saya dapatkan. Kajian ruhiyah yang saya ikuti sering kali
semakin membuat saya merasa sangat kotor dan rasanya seperti mendapatkan
tamparan atas dosa-dosa yang sering kali saya lakukan.
Kajian aqidah
dan ruhiyah ini ketika dipadukan sungguh indah. Ditambah lagi dengan
kajian-kajian dari materi psikologi islam.. Paket ini insyaAlloh cukup lengkap
untuk menjadikan kita bisa lebih memaknai tentang kehidupan dan terus berusaha
untuk menjadi insan kamil. Tapi kajian-kajian
semacam ini saya katakan bahwa tidak cukup hanya sekali dua kali saja..
Sifatnya harus rutin dan pembinaan. Selain mendapatkan pembinaan, dengan
berkumpul dengan orang-orang yang shalih shalihah kita juga bisa saling
mengingatkan dan menasehati serta bertukar ilmu dll. Ini juga salah satu yang
menjadikan jiwa dan ruh kita semakin kuat..


0 komentar:
Posting Komentar