Ahlan Wa Sahlan.. Walcome.. Sugeng Rawuh..

Selamat datang di blog kami.. Ini sekedar catatan kecil kami tentang hidup :D

Pages

Selasa, 06 Oktober 2015

Menjadi orang tua bijak???

Bismillahirrohmaanirrohim…


3 Tahun berkecimpung di dunia pendidikan ternyata memang banyak hal yang kemudian dapat dijadikan pelajaran termasuk juga pelajaran menjadi orang tua yang bijak. Aaahh… mungkin memang tidak mudah menjadi orang tua bagi anak itu? >,<

Beberapa hari yang lalu saya mendapatkan cerita dari umi fatim yang menghadapi wali murid super ngeyel dan keras kepala. Cerita ini berawal dari salah seorang santri yang ternyata tertangkap membawa tab. Setelah diketahui oleh bagian mahkama, akhirnya tab disita oleh wali asrama. Setelah diselidiki, ternyata orang tua sendiri lah yang mengizinkan anaknya untuk membawa tab tersebut, padahal sudah jelas sejelas-jelasnya dalam peraturan, santri tidak diperkenankan membawa barang elektronik. Singkat cerita, setelah orang tua mengetahui bahwa tab anak tersebut disita, mereka merasa tidak terima dan meluapkan kemarahanya dengan sangat tidak bijak bahkan didepan bagian kepesantrenan sekalipun. Puncaknya adalah, ayah dari santri tersebut merasa tidak terima tab disita secara permanen dan akhirnya tab tersebut dibanting hingga retak.

Allah….

Mendengar cerita ini benar-benar tak habis fikir. Yang membuat heran dan pertanyaanya adalah, kenapa orang tua punya niat menyekolahkan anak di pesantren, sudah tau peraturan-peraturan pesantren yang jelas diadakan untuk kebaikan santri  namun justru mendukung santri untuk melanggar sendiri, setelah tertangkap dan anak harus mendapatkan konsekuensi, mereka justru membela anak dan menghardik pihak pesantren. Lantas kalau seperti itu kenapa dulu mau memasukkan anak ke pesantren?

Beberapa hari yang lalu saya sempat ngobrol dengan beberapa anak. Kebetulan saat itu obrolan kami mengarah pada peraturan tentang adab berbusana. Saya iseng tapi serius bertanya kepada anak-anak: “Kalian cantik dan anggun sekali klo pakai baju dan krudung lebar kayak gini, apa dirumah juga seperti ini?” beberapa anak mengatakan sampil nyengir “Hehe pakai krudung paris us..” dan ternyata ada yang nyeletuk: “ Lah ust… di rumah sya pakai krudung besar kayak bgini malah dikomentari ibu”. Heekk??? Yang membuat saya bertanya lagi. Dulu saat pendaftaran tentu orang tua melihat pesantren dan melihat semua civitas pesantren berbusana yang sama bahkan lebih lebar krudungnya. Tentunya konsekuensi yang secara otomatis memberikan kebaikan ke anak ini dalam hal berbusana harusnya difahami orang tua sejak awal. Lantas? Bagaimana bisa anak yang ingin berubah menjadi lebih baik, justru dihalangi oleh orang tua itu sendiri??

Hari ini mendapatkan cerita lagi dari wali asrama yang menemui salah seorang wali santri yang ternyata memberikan fasilitas seluasluasnya kepada anak untuk “ber-korea ria”. Koleksi kaset film korea, lagu lagu dan semcamnya ternyta dimuluskan untuk dikonsumsi santri setiap kali penjengukan/perpulangan. Walhasil.. motivasi belajar anak menjadi turun, anak sering melamun (Setelah ditanya, anak mengaku masih keinget film2 korea yg telah ditontonya) dsb.. Lantas bagaimana nasib kedepanya anak tersebut? Belum lagi dampak efeknya terhadap gaya hidup anak >,<

Ada lagi…

Ada salah satu wali santri yang mengeluh sikap anaknya tetang kebiasaan meminta belikan baju setiap kali jadwal penjengukan/perpulangan. Tak tanggung-tanggung yang diminta baju yang harganya atasan saja mencapai 200an dan belinyapun seringkali tidak cukup 1. Orang tua yang kebetulan memang mempunyai kemampuan finansial lebih ini mengaku bahwa ia mampu saja merealisasikan keinginan anaknya setiap bulanya, dan ternyata setiap anak meminta selalu diturutinya. Walhasil anak ketagihan.. sekarang kalau sperti itu, apa nasehat dari pesantren saja cukup untuk bisa merubah hasrat rutin anak tersebut?

Berbagai cerita tentang ketidak singkronan orang tua dan keluarga dengan sekolah sebenarnya sudah dari sejak saya disekolah pertama dan kedua sering saya jumpai. Dan orang tua- orang tua semacam ini biasanya anaknya memang bermaslah.

Alright…

Saya sendiri belum punya pengalaman mendidik anak sendiri. Tapi ketika difikir secara nalarpun cerita-cerita diatas merupakan fenomena yang perlu dijadikan pelajaran. Kita berniat mendidik anak menjadi lebih baik, mati-matian mengeluarkan uang yang tidak sedikit dengan memasukan anak ke pesantren. Namun, ternyata kita sendiri yang tidak mendukung anak untuk baik dengan tidak mau menaati peraturan pesantren, bahkan ada yang menyalah-nyalahkan pesantren karena tidak terima dengan konsekuensi.

Lantas, bagaimana seharusnya kita sebagai orang tua? (SELFTALK)








0 komentar:

Posting Komentar

Inspirasiku :D

Inspirasiku :D
Lahan dakwah ladang ILmu.. :)