Ahlan Wa Sahlan.. Walcome.. Sugeng Rawuh..

Selamat datang di blog kami.. Ini sekedar catatan kecil kami tentang hidup :D

Pages

Selasa, 31 Desember 2013

Lebah..


“Demi zat yang jiwa Muhammad ada digenggamanNya, Sesungguhnya perumpamaan seorang mu’min adalah seperti lebah. Ia makan yang baik baik, mengeluarhkan yang baik baik, dan bila hinggap di dahan ia tak pernah membuat patah” (H.R Ahmad)

Kecil, mungil...
namun ternyata hewan imut ini sungguh istimewa dan filosofinya bermakna mendalam.

-Hampir  tidak pernah kita melihat lebah yang hinggap di tempat sampah atau apapun yang kotor.  Ia selalu hinggap pada bunga yang indah lagi bersih.. Tak pernah merusak namun justru membantu nya dalam penyerbukan hingga menjadi buah serta  mampu memberikan keseimbangan lingkungan.

-Meskipun kecil tubuhny mungil, Ia memberikan maanfaat yang begitu besar untuk manusia. Dari perutnya keluar  berbagai macam cairan yang menyehatkan dan menyembuhkan penyakit. Ada madu, beepolen, royal jelly, dan propolis. Semuanya mempunyai manfaat yang luar biasa untuk kesehatan manusia.

“....Dari perut lebah itu ke luar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan” (An-nahl: 69)

-Lebah tak an menyakiti  jika ia tersakiti.. Adapun sengatanya hanya sekedar untuk menlindungi diri.. Ia justru selalu memberikan  kebaikan di lingkungan sekitarnya.

-Lebah salah satu hewan yang lihai dalam berorganisasi. Mereka adalah oraganisator yang baik yang menjaga betul asas kerjasama dan kekompakan. Mereka juga tipe pekerja keras. Mereka bahkan rela menempuh jarak ratusan kilo meter untuk mencari makan dan seringkali memberikan makanan kepada yang lebih muda. Mereka juga mengeluarkan sekuat tenaga membangun rumah dan menjaga kebersihan rumahnya demi mengikuti seruan Alloh Subhanahuwata’ala:

Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: "Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia", (An-nahl: 68)

Barangkali masih ada lagi beberapa keistimewaan hewan mungil ini.. hingga namnya diabadikan oleh Alloh Subhanahuwata’ala sebagai nama salah satu surah dalam Alquran yang suci.

Lantas.. mampukah kita seperti LEBAH? J *bee

Senin, 30 Desember 2013

Kepada para singlewan/wati, jomblowan/wati yang sedang menanti tambatan hati.. ^^ Teruntuk juga yang sedang dalam proses ta’aaruf :D ;)

Apa kira-kira yang kita fikirkan tentang sebuah pernikahan?


Banyak yang tau dan faham bahwa pernikahan itu salah satu penyempurna agama. Ibarat volume, sebelum menikah kita hanya setengan isi setengah kosong. Maka dengan pernikahan ini dalam beragama kita akan menjadi full sempurna. Namun, terkadang kita lupa dengan esensi dari pernikahan itu sendiri. Untuk menjadi full dan sempurna ini jelas bukan sembarangan dan hanya sekedar ijab qobul, sah, dan status berubah saja. Konsekuensi kesempurnaan agama ini  tentu membutuhkan niat yang benar, persiapan, dan perjalanan yang tak sederhana. Separo agama loh.. separo!

Dimulai dari niat..
Mari kita tengok sejenak hati kita. Apakah sudah betul niat menikah itu lurus karena Alloh? Niat ibadah, mengikuti sunnah Rosulullah solallahualaihiwassalam , menyempurnakan separo agama? Atau.. hanya karena membayangkan yang enak-enak saja sehingga kebanyakan singlewan/wati atau jomblowan/wati merasa “ngebet” ingin menikah? Yang laki-laki misalnya.. yang awalnya hidup terlontang lantung sendirian kini saat pulang ke rumah ada yang menyiapakan makanan, ada yang mijitin dll. Atau.. yang perempuan, merasa akan ada yang menanggung finansialnya sehingga ia tak usah lagi bekerja? Dll. Nah.. kalau seperti itu, kok enak sekali sepertinya menyempurnakan separo agama itu? Saya ulangi lagi bro.. sist.., separo! -_-‘ apalagi yang hanya sekedar mencari legalitas, padahal sebelumnya sudah (maaf) sering kumpul kebo. Naudzubillah... >_<

Fase persiapan...

Bersyukurlah wahai singlewan/wati yang masih diberikan kesempatan belum ketemu jodoh.. *hehe. Dalam sepanjang waktu hingga bertemu, manfaatkan waktu sebaik mungkin untuk mencari bekal persiapan sebanyak-banyaknya dan sebaik-baiknya.. Teringat nasehat salah seorang teman bahwa penantian itu harus berkualitas. Nah, kualitas penantian inilah yang akan menjadi salah satu penentu apakah pernikahan kita berkualitas juga atau tidak. Saya juga sering mendapatkan cerita dari beberapa teman yang kebetulan sudah berlayar lebih dulu di bahtera rumahtangga bahwa ternyata memang pernikahan itu tidak sederhana. Butuh bekal yang benar-benar mantap. Dalam pernikahan kemungkinan besar kita akan mendapatkan  kejutan-kejutan baik kejuatan menyenangkan atau tidak pastinya.

Selama masih dalam penantian, paling tidak kita bisa memaksimalkan untuk berburu ilmu (maksudnya bekal menuju bahtera), mulai on dengan kebiasaan-kebiasaan baik dan mengurangi kebiasaan-kebiasaan buruk, perbanyak do’a, sempurnakan ikhtiar.. dan yang pasti sebelumnya kita luruskan niat dulu.. plus tingkatkan juga kualitas ibadahnya, biar lebih mantab nanti pas prakteknya. *aseekk ^_^ Termasuk juga pasangan harus mempersiapakan juga bekal ilmu pendidikan untuk anak agar mampu melahirkan generasi-generasi rabbani penerus umat.

Dalam pernikahan juga dibutuhkan persiapan psikis yang matang. Keharmonisan rumah tangga tentu sangat tergantung pada aspek ini. Salah satunya adalah masing-masing pasangan harus dapat memahami satu sama lain. Kualitas komunikasi harus dijaga, mampu bekerjasama dengan baik, kompak dll. Yang pasti pernikahan juga butuh retorika.. J jangan sampai keharmonisan hanya seumur jagung *naudzubillah..

Saya teringat kata-kata seorang senior  yang beberapa kali mengamati pasangan-pasangan yang baru saja menikah dan gembar-gembor mempamerkan keromantisanya di FB, BB dan media sosial lainya. Kata beliau “saya cuma senyum-senyum aja kalau liat anak-anak pada pamer keromantisan di FB sambil dalam hati berkata.. sekarang kayak gitu.. coba liat saja nanti kalau sudah 5-10 thun umur pernikahan”. Mendengar itu itu saya yang belum menikah rasanya jadi ikut mekjleb. Ya.. terlepas dari itu, tentu sekali lagi saya katakan bahwa kualitas pernikahan itu tergantung dari diri kita sendiri yang menjalani dan bagaimana persiapan kita.

Pernikahan itu harus disegerakan namun tidak terburu-buru..

"Barangsiapa yang dimudahkan baginya untuk menikah, lalu ia tidak menikah,
maka tidaklah ia termasuk golonganku." (HR Ath-Thabrani dan Al-Baihaqi).

Nabi kita juga mengingatkan, "Bukan termasuk golonganku orang yang merasa
khawatir akan terkungkung hidupnya karena menikah, kemudian ia tidak menikah."
(HR Ath-Thabrani).

Konteks segera dan terburu-buru ini harus difahami sebagai makna yang berbeda. Kalau saya mencoba menyimpulkan bab ini dalam buku “kado pernikahan” karya ustadz fauzil adzim, bawa menyegerakan disini yang dimaksud adalah tidak mempersulit segala proses menuju pernikahan jika Alloh sudah memberikan kelapangan jalan.. serta menyederhanakan prosesnya termasuk teknis. Sedangkan tergesa-gesa ibarat menanak nasi karena terlalu lapar lantas kita menyudahi memasak dan membiarkan nasi yang masih mentah masuk ke dalam perut kita. Kemungkin besar yang terjadi adalah rasanya tidak terlalu enak dan menjadikan perut sakit. Intinya adalah pernikahan itu butuh ilmu.. butuh persiapan yang matang, tak hanya persiapan fisik, psikis, materi tetapi juga ilmu. Pernikahan bukan hal yang sederhana namun dengan persiapan yang matang insyaAlloh pasawat yang melaju keudara akan tetap sampai pada tujuan akhir meskipun ditengan perjalanan terjadi hujan bercampur awan hitam dan petir.

Hakikat pernikahan..

Pernikahan itu adalah kesucian.. sebuah ikatan yang berat (mitsaaqan Ghalizah) menjadikan yang haram menjadi ibadah, yang dilaknat menjadi penuh rahmat, yang biasanya dikerjakan sendiri skarang bisa lebih barokah karena dikerjakan bersama, yang tidak pernah bunuh yahudi, sekarang bisa membunuh yahudi seminggu sekali (*eehh). Aktivitas sehari-haripun bisa berlipat lipat pahalanya, dari mencuci baju suami, menanakkan nasi, apalagi mengasuh dan mendidik anak dll. Dengan pernikahan, maka akan lahirlah generasi-generasi rabbani penerus umat.

Selain itu pernikahan seharusnya menjadikan semangat da’wah semakin membara, bukan malah sebaliknya. Dengan pernikahan justru dua aktivis da’wah bisa saling menguatkan dan menasehati satu sama lain. Dalam buku “di jalan dakwah kami menikah”, Ust. Cahyadi takariawan berpesan bahwa prosesi pernikahan dan kekeluargaan harus diletakkan dalam kerangka dakwah, karena islam telah memberi amanat kepada kita untuk menunaikan pekerjaan kenabian ini yaitu, da’wah lillah.

Nah, kalau semua ini tidak didasari dengan ilmu dan niat yang tulus karena Alloh, niat ibadah, niat mendapatkan ridho Alloh, ya.. rasanya sayang sekali. Jadi, kita kembalikan lagi bahwa segala sesuatunya tergantung pada niat.

Saya pribadi belum punya pengalaman pernikahan, tapi paling tidak pernah belajar, mendengar cerita, dan diam-diam belajar dari mengamati nyak dan babe. Hehe.. Sehingga saya merasakan pernikahan itu memang butuh niat yang benar dan persiapan yang mantab.. kudu siap lahir, batin, mental de el el pokoknya. Berfikir pernikahan tak hanya jangka pendek, tapi juga harus jangka panjang (*ini sebenarnya inti dari tulisan ini :D )

Terakhir.. saya teringat kata-kata seorang teman..^,^

11. Kapal itu akan kuat jika punya dasar.. begitu juga pernikahan, ia harus punya dasar yang kuat yaitu aqidah islam.
22. Kapal akan berjalan dengan mudah dan baik jika nahkoda dan awak kapal kompak, begitu juga pernikahan.. kekompakan suami dan istri sangat menentukan ini
33. Kapal akan berjalan dengan tenang jika tak ada ombak yang besar, begitu juga pernikahan tak cukup hanya keluarga saja yang bagus, tetapi juga harus bisa menciptakan suasana lingkungan yang “tenang”, sedangkan lingkungan yang baik dan tenang ini akan terwujud jika masyarakat sudah sesuai dengan aturan Sang Pembuat Hidup (Bee)


*Kepada para pembaca, coretan singkat ini sesungguhnya asli buat menasehati diri saya sendiri, meskipun tulisanya gak bagus. Hihi.. Kalaupun bermanfaat, ya.. alhamdulillah :D

Senin, 09 Desember 2013

Da'wah Pembinaan (Membangun Karakter Muslim)



Tulisan ini sekedar sharing dari pengalaman saya sebagai insan pembelajar yang masih belum banyak ilmunya dan selalu haus akan cucuran air kehidupan penyejuk nafsh dan Qolb.

Beberapa tahun ini saya merasakan betapa saya sedang berusaha mencari berbagai cara untuk bisa menerapi diri sendiri (untuk orang lain juga) agar bisa menjadi pribadi yang lebih baik, dan terus bisa memperbaiki diri setiap waktu menuju detik-detik dimana saya harus bisa mempertanggung jawabkan segala polah tingkah di dunia yang fana ini dihadapan Sang Pencipta, Melihat pribadi saya yang lebih banyak sekali sisi negatifnya dibandingkan dengan sisi positifnya. Meskipun sampai pada detik ini saya masih merasa belum menjadi pribadi terbaik. Saya melihat orang-orang disekeliling saya masih begitu banyak yang lebih shalih, tawadhu’, dan lebih kaffah dalam menjalakan kehidupan sebagai seorang muslim yang mempunyai tujuan besar. Ridho Alloh untuk bisa mencapai syurga yang dirindu..

*Tentang terapi jiwa... “lantas psikologi yang kamu pelajari selama ini???? Kemana???”

Ilmu psikologi yang notabene berasal dari “barat” yang dibawa oleh orang-orang non muslim bahkan atheis sakalipun yang selama ini saya pelajari ternyata memang tak cukup untuk bisa menjadikan manusia menuju kategori “insan kamil”. Terapi-terapi yang sifatnya duniawi sering kali tidak memberikan kepuasan dan ketenangan jiwa ketika saya merasakan berbagai kesulitan hidup dan mencari apa yang dicari di dunia ini. Barangkali salah satunya karena kekuatan dari segala kekuatan (anchor) yang ada pada psikologi barat bukanlah “ALLoh”. Bahkan beberapa tokoh psikologi mengatakan bahwa Tuhan adalah buah dari ilusi dan delusi manusia. Saya tidak mengatakan bahwa semua teori psikologi barat itu salah., namun terkadang memang kami sebagai “tiang” psikologi merasa tak puas bahkan mengernyitkan dahi saat belajar psikologi barat ini.

Ya, sikap skeptis kami (termasuk saya) dengan psikologi barat ini membuat kami tergerak dan bersemangat (Mboh Pie carane) untuk bisa mencari ilmu jiwa yang sesungguhnya.. Saya pribadi akhirnya memilih “nyemplung” ke sebuah oraganisasi bernama “imamupsi” yang orang-orang di dalamnya memang mepunyai tujuan kurang lebih sama seperti saya. Kami terus menggali dan menggali, mengembangkan dari mulai kajian, diskusi, sekedar kongke-kongke ngopi bareng sharing-sharing dll, sampai melanglang buana ke para punggawa psikologi islam. Meskipun memang menurut saya konsep psikologi islam sendiri sebenarnya secara epistimologi masih belum ada titik satu pemikiran dari berbagai tokoh psikologi islam. Ada yang mengatakan psikologi islam esensinya adalah psikologi berbasis syariat, ada yang mengatakan psikologi tasawuf, dll. Bahkan ada pula yang mengatakan bahwa tak perlu ada nama psikologi islam yang terpenting adalah penerapan psikologi mengandung nilai-nilai islam. Fine.. bagi saya, itu tidak begitu penting..

*Lantas apa hubunganya psikologi dengan da’wah pembinaan mbakyuu??

Ok, Kita beralih ke da’wah pembinaan...

Ada banyak hubungan psikologi dengan da’wah, bahkan psikologi dan da’wah adalah satu tubuh yang tak bisa dipisahkan, karena dalam da’wah ada psikologi dan dalam psikologi ada da’wah (nah Loh??) Dalam hadist Rosulullah Solallahu’alaihiwasalam disebutkan bahwa:

“Di dalam Tubuh manusia ada segumpal daging, jika daging itu rusak, maka rusaklah manusia, jika daging itu baik, maka baiklah manusia. Segumpal daging itu adalah hati” (H.R Muslim)

Sebagai mana hadits di atas maka dapat dikatakan bahwa hati yang sehat akan membuahkan jiwa yang sehat pula serta meunculkan perilaku yang arif dan sesuai dengan syari’at Alloh ta’ala. Dalam dunia psikologi saat ini perilaku menjadi fokus pengkajian keilmuan, sedangkan pembahasan hati dan ruh sendiri hampir tidak ada, Namun disini saya tidak akan membahas secara mendalam tentang hati dan ruh itu sendiri. Pembahasan ini memerlukan kajian yang sangat mendalam.

Beberapa fungsi da’wah sendiri antara lain adalah pembentukan nilai dan karakter muslim, menanamkan nilai-nilai moral, syari’at, pembersihan hati, ruhiyah, dan mendekatkan diri kita kepada Alloh Ta’ala sehingga  menjadikan manusia sejahtera secara psikologis dan sehat secara mental. Hati dan ruh ibarat tumbuhan. Lalu bagaimana kondisi tumbuhan jika pemiliknya tak rutin menjaga, menyiran dan memupuknya? Tumbuhan ini sering dipupuk dan disiram agar tetap bertahan tumbuh atau paling tidak hidup dan tidak layu bahkan mati. Da’wah pembinaan yang sering disebut Liqo’, halqoh atau semacamnya ibarat aktivitas penyiraman yang dilakukan secara rutin. Da’wah pembinaan ini efeknya cukup luar biasa jika seseorang menjalankanya dengan niatan yang benar-benar ikhlas karena Alloh Ta’ala.

Saya pribadi tidak mengatakan bahwa saya mengikuti da’wah pembinaan ini ikhlas karena Alloh Ta’ala, karena ikhlas sendiri sesungguhnya Alloh yang menilai. Namun, saya sendiri merasakan bahwa da’wah pembinaan ini memang cukup berpengaruh dengan perubahan kehidupan saya. Saya dulu sering kali mengikuti aktivitas-aktivitas da’wah di kampus, namun saya merasa saat itu masih merasakan kering dan sering kali masih menunjukkan bahwa saya bukan seorang aktivis da’wah. Saya baru menyadari bahwa saat itu saya masih sangat jauh dengan Alloh dan sering kali lalai. Sifat dan perilaku negatif yang ada pada diri saya dominan sekali muncul, bahkan dalam memaknai kehidupan saya merasa tidak begitu mendalam.

Saya baru sadar bahwa kebutuhan saya yang lain saat itu belum terpenuhi. Saya baru sadar bahwa kesibukan-kesibukan yang dulu saya lakukan seperti tidak ada apa-apanya, bahkan aktivitas-aktivitas da’wahpun sering kali tidak murni karena Alloh. wallahu’allam.. sya tetap berharap bahwa apapun yang selama ini saya lakukan semoga menjadi amal ibadah disisi Alloh. Aamiin.. Akhirnya saya berkelana mencari-cari apa yang selama ini saya butuhkan. Di awal tulisan ini saya mengatakan bahwa ilmu psikologi yang saya tekuni ternyata tidak cukup menjadikan saya pribadi yang benar-benar bisa berperilaku sehat dan bermental sehat. Alloh! Ya, saat itu jelas saya mengenal Alloh, bahkan saya tidak hanya sekedar mengenal Alloh namun juga memahami bahwa siapa itu Alloh. Namun, Saya merasakan bahwa saat itu ternyata saya masih belum benar-benar menemukan kekuatan dan memahami Alloh sepenuhnya.

Saya berkelana (ngaji) tidak hanya pada satu golongan tertentu saja.. Saya mengaji dimana-mana, bahkan saya sempat mengikuti da’wak pembinaan pada tubuh dua harokah sekaligus. Ada yang mencibir saya oplosan, ada yang berfikir saya masih mencari jati diri mencari harokah, bahkan ada yang mengatakan saya menghianati harokah yang sebelumnya saya masuki. Whatever.. Saya tetap cuek.. karena niat saya belajar, ya belajar! Selain juga berniat mengenal dan merasakan langsung berada pada tubuh mereka, namun  bagi saya, itu juga merupakan bagian dari proses belajar. Saya tidak hanya mengikuti pembinaan rutin, diluar itu saya masih terus mencari dan mengikuti kajian apapun dan dimanapun terutama kajian-kajian bertemakan aqidah dan ruhiyah.

Saya merasakan bahwa kajian aqidah dan ruhiyah yang beberapa kali saya ikuti ini ternyata tidak sesimpel dan sedasar yang selama ini saya pelajari. Konseskuensi dari Tauhid misalnya, ternyata konsekuensi manusia bertauhid, konsekuensi manusia dilahirkan di bumi ini tidak sesederhana yang selama ini saya dapatkan.  Kajian ruhiyah yang saya ikuti sering kali semakin membuat saya merasa sangat kotor dan rasanya seperti mendapatkan tamparan atas dosa-dosa yang sering kali saya lakukan.

Kajian aqidah dan ruhiyah ini ketika dipadukan sungguh indah. Ditambah lagi dengan kajian-kajian dari materi psikologi islam.. Paket ini insyaAlloh cukup lengkap untuk menjadikan kita bisa lebih memaknai tentang kehidupan dan terus berusaha untuk menjadi insan kamil. Tapi kajian-kajian semacam ini saya katakan bahwa tidak cukup hanya sekali dua kali saja.. Sifatnya harus rutin dan pembinaan. Selain mendapatkan pembinaan, dengan berkumpul dengan orang-orang yang shalih shalihah kita juga bisa saling mengingatkan dan menasehati serta bertukar ilmu dll. Ini juga salah satu yang menjadikan jiwa dan ruh kita semakin kuat..


Saya merasakan bahwa program-program da’wah pragmatis tidak membuahkan hasil yang maksimal dan tidak membuat perubahan yang signifikan terutama dalam pembentukan karakter. Pembentukan karakter muslim yang sentiasa menjadikan Alloh sebagai puncak dari segala sumber kekuatan hidup sebaiknya dilakukan melalui pembinaan rutin diiringi dengan pedekatan psikologis personal, dan kultural. Maka dari itu sekali lagi saya katakan bahwa dakwah ibarat makanan dan air yang selalu dibutuhkan manusia sepanjang hayat. Makanan dan air ini tak cukup hanya sesuap dua suap dan airpun tak cukup hanya seteguk dua teguk untuk bisa menjadikan tubuh yang sehat. Saya sangat yakin dengan terus belajar dan mengikuti kajian di manapun dan kapanpun insyaAlloh akan memberikan dampak positif bagi kita selama kita mengerjakanya dengan ikhlas niat Lillah dan bisa mengambil segala sisi positif dan membuang sisi negatif dati berbagai tempat yang kita datangi sebagai majlis ilmu, harokah dll (ini dalam kontes tholabul ilmi, bukan aktivitas dakwah) terutama untuk mendapatkan kesejahteraan psikologis dan sehat secara mental, serta mempunyai karakter muslim yang sesungguhnya. *bee

Minggu, 22 September 2013

Sekilas catatan hati 22 september 2013

Hari ini ingatanku melayang pada sebuah masa. Masa dimana aku menjadi manusia yang terasa masih plos dan cupu untuk bisa memaknai arti sebuah kehiudupan, seperti tak terlalu memikirkan dari mana untuk apa dan mau kemana manusia itu menempuh perjalanan.

Hari ini adalah hari ulang tahunku..”

Ya, saat itu kalimat itu menjadi sebuat kalimat spesial buat aku. Entah... bahkan mungkin sepekan sebelum kalimat itu terucap, sering kali tak sabar untuk sampai pada hari H. Setiap detik demi detik menujunyaa, sering kali perasaanku diramaikan oleh dagdigdug rasa dedegan dicampur penasaran. Akan ada kejutan apa di hari itu...

Pada masa itu, menjadi sebuah kebiasaan yang tak lagi tabu ketika seseorang merayakan hari kelahiran, orang-orang disekeliling kita sering kali memberikan kejutan-kejutan, hadiah, atau semcamnya. Telur busuk, cebur air, tabur tepung.. dan masih banyak lagi. Moment-moment seperti itu yang sering kali ditunggu-tunggu.. bahkan mungkin akan banyak yang kecewa dan sedih  manakala tak ada yang memberikan moment itu. ah! *Sungguh alay klo aku ingat dan aku pikir-pikir.. -_-‘. Sampai pada masa kuliahpun masing sering seperti itu.. *Parah!!!

Sakjane ulang tahun iku opo toh?

Ulang tahun itu sebenarnya perayaan apa? Perayaan hari kelahiran atau perayaan semakin dekatnya kita dengan kematian? Kalau benar ulang tahun menunjukkan kita akan semakin dekatnya kematian lantas untuk apa juga dirayakan? Hari kelahiran tentu saja seharusnya menjadi moment untuk bermuhasabah lebih mendalam. Sudah melakukan apa kita selama ini?? Kebaikan atau justru keburukankah yang kebanyakan selam ini kita hadirkan selam menjalani kesempatan hidup? Sudah siapkah bekal kita menuju kehidupan yang sesungguhnya? Karena sungguh! hari kelahiran sebenarnya menunjukan dan mengingatkan kita bahwa semakin dekatnya kita dengan kematian. Jatah waktu hidup kita semakin terkurangi..

Orang tuaku sejak kecil terutama bapakku sendiri sebenarnya tak pernah mengajari anak-anaknya untuk merayakan hari ulang tahun. Ya, salah satu alasanya tentu krena  itu bukan ajaran dan budaya dari islam. Rasulullah Solallahu’alaihi wassalam tak pernah mengajarkan itu.. *Dulu sakjane faham itu, tp kerana masih radak keblinger keabawa masa2 cupu jadi ikut2an gak beres ngerayain lebeynya ultah >,<

Ah, yang lalu biarlah berlalu... Jadikan pelajaran!

Klo saat ini, Jangankan degdegan.. bahkan H-1 saja, saat ini aku bisa hampir lupa kalau besok adalah hari kelahiran...... -_-‘. Hanya saja harapan doa dari teman-teman tetap selalu ada.. bahkan harapan itu datang setiap harinya. Terutama dari orang-orang terkasih.. :’)

(bee)

Selasa, 10 September 2013

7 Pelajaran KHA.Dahlan


Siapa yang tak kenal sosok satu ini? Perndiri salah satu organisasi terbesar di Indonesia ini merupakan sosok pemimpin ini dikenal dzakak, cerdas akalnya dan mempunyai maziyah atau keistimewaan dalam khauf. Pelajaran-pelajarn serta nasehat-nasehat beliau  tak hanya dicanang dalam fikiran masyarakat terutama kader-kader persyarikatan namun juga sering dijadikan sebagai motivasi dan renungan dalam menjalani kehidupan yang islami bekal menuju akhirat yang kekal.
Sebelum akhirnya Alloh Ta’ala memanggil KHA. Dahlan untuk menghadap kepadaNya, KHA Dahlan sempat memberikan 7 pelajaran hidup dalam islam. Berikut adalah 7 pelajaran falsafah hidup dari beliau yang dapat kita jadikan renungan berfikir, terutama untuk para kader-kader pejuang islam dalam persyarikatan Muhammadiyah.
1.       Kita Manusia, hidup di dunia ini hanya sekali, untuk bertaruh: sesudah mati, akan mendapatkan kebahagiaan atau kesengsaraankah?
2.       Kebanyakan diantara manusia, berwatak angkuh dan takabur, mereka mengambil keputusan sendiri-sendiri
3.       Manusia itu kalau mengerjakan pekerjaan apapun, sekali, dua kali, berulang-ulang, maka kemudian menjadi biasa. Kalau sudah menjadi kesenangan yang dicintai, maka kebiasaan yang dicintai itu sukar untuk dirubah. Sudah menjadi tabiat, bahwa kebanyakan manusia membela adat kebiasaan yang telah diterima, baik itu dari sudut keyakinan atau i’tiqad, perasaan kehendak maupun amal perbuatan. Kalau akan merubah, mereka akan sanggup membela dengan mengorbankan jiwa dan raga. Demikian itu karena anggapan bahwa apa yang dimilikinya adalah benar.
4.       Manusia harus dipersatukan dalam kebenaran, bersama-sama berfikir bagaimana sebenarnya hakikat dan tujuan manusia hidup di dunia. Apakah perlunya hidup? Hidup di dunia harus mengerjakan apa? Mencari apa dan apa yang dituju?
5.       Manusia sering kali tidak menuruti, tidak memperdulikan suatu yang sudah terang dan benar bagi dirinya. Artinya, dirinya sendiri, fikiranya sendiri, sudah dapat mengatakan itu benar tetapi ia tidak mau menuruti kebenaran itu karena takut mendapat kesukaran, takut berat dan bermacam-macam yang dikhawatirkan, karena nafsu dan hatinya sudah terlanjur rusak, berpenyakit akhlak, hanyut dan tertarik oleh kebiasaan buruk.  Agama islam sungguh cemerlang kelihatan makin suram. Tetapi sesungguhnya yang suram itu adalah manusianya, bukan agamanya.
6.       Kebanyakan pemimpin-pemimpin rakyat, belum berani mengorbankan harta benda dan jiwanya untuk berusaha tergolongnya umat islam dalam kebenaran. Malah, pemimpin-pemimpin itu biasanya hanya mempermainkan dan memperalat manusia yang bodoh-bodoh dan lemah.
7.       Dalam belajar, ada 2 bagian pelajaran yaitu pelajaran ilmu dan amal. Ketika manusia mempelajari suatu materi, manusia seharusnya tidak berpindah dulu ke materi yang lain sebelum ia benar-benar faham dengan materi sebelumnya. Begitu juga dengan amal, kalau setingkat saja belum dapat mengerjakan, tak perlu ditambah.

Pelajaran-pelajaran yang disampaikan oleh KHA. Dahlan di atas perlulah kita renungkan untuk dapat dijadikan sebagai modal berfikir dalam perjuangan untuk kebangkitan umat menuju cita-cita yang diinginkan. (bee)

Minggu, 04 Agustus 2013

Research (Resensi Jurnal)

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan tentang sebab-sebab depresi mental di dalam ketidakharmonisan hidup dan ujung dari masalah psikologi, serta memberikan alternatif dalam memecahkan akar masalah depresi dengan studi islam dan pedoman perilaku. Penelitian ini menggunakan metode studi pustaka yang mengambil dari berbagai literatur.
Dalam prespektif islam, penyakit jiwa sering diidentikkan dengan sifat buruk dan tingkah laku tercela <akhlaqul madzmumah>. Hasal Muhammad Al-syarqawi dalam kitabnya Nahw ‘Ilmiah Nafsi membagi penyakit jiwa dalam 9 bagian, yaitu :  Riya’/pamer, Al-ghadzab/marah, Alghaflah wa nnisya’/lalai dan lupa, al-was-washah/was-was, alya’s/frustasi, Tama’/rakus, al-ghurur/terperdaya, al-ujub/sombong, al-hasd wal hiqd/iri dengki.
Secara umum untuk mengatasi penyakit jiwa akibat tekanan mental, atau penyakit jiwa yang tergolong unorganik ini adalah dengan terapi pendidikan akhlak sejak dini, serta menciptakan keluarga dalam rumah tangga yang sakinah. Untuk itu dalam islam pendidikan akhlaq bagi anak sangat ditekankan. Ketika islam melarang sebuah aktivitas, maka aktivitas itu pasti akan mengakibatkan rusaknya diri sendiri, merusak tatanan sosial, dan mengakibatkan penyakit dan seterusnya penyakit tersebut dalam mental hygience disebut sebagai penyakit organik yang amat membahayakan (Q.S Al-maidah:90 dan Al-Isra’:32).
Sifat buruk yang mengakibatkan gangguan kejiawaan merupakan akibat dari kurangnya konrol diri dan pendidikan akhlaq sejak dini. Sifat-sifat buruk yang tidak terkendali menjadi sebab utama terjadinya depresi mental yang berujung pada gangguan kejiwaan. Penyakit-penyakit kejiwaan ini harus kita hindari agar kita mendapatkan ketengangan jiwa dalam hidup. <Bee>

·         Judul Jurnal      : Psikoislamika
·         Penerbit             : Fakultas Psikologi UIN Malang
·         Tahun               : Vol.2/No.1/Januari 2005
·         Judul Penelitian: TERAPI JIWA MENURUT ISLAM
·         Penulis               : M.Zainuddin


Rabu, 03 Juli 2013

Nantikanku Di Batas Waktu

#Lagunya Para "PH(wallahualam,Tapi mungkin)P" yg Berusaha untuk Istiqomah, Tapi blm punya keberanian :p

Di kedalaman hatiku
Tersembunyi harapan yang suci
Tak perlu engkau menyangsikan
Lewat kesalihanku
Yang terukir menghiasi dirimu
Tak perlu dengan kata-kata


Sungguh walau ku kelu
Tuk mengungkapkan perasaanku
Namun penantianmu pada diriku
Jangan salahkan


Reff:

Kalau memang kau pilihkan aku
Tunggu sampai aku datang
Nanti kubawa kau pergi Ke surga abadi
Kini belumlah saatnya
Aku membalas cintamu
Nantikanku di batas waktu

Sabtu, 08 Juni 2013

Eksploitasi Wanita? Mau?


Wanita adalah makhluk Tuhan yang dianugrahkan  berbagai kelebihan yang tak dimiliki oleh laki-laki. Salah satunya adalah bentuk fisik yang indah. Bahkan seluruh bagian dri tubuh wanita berpotensi untuk menarik siapapun yang melihatnya. Dari anak kecil hingga lansia sekalipun.

Islam memandang seorang wanita adalah ibarat mutiara yang seharusnya dijaga keindahan dan kecantikanya. Segala potensi baik fisik maupun kecerdasan dinilai sangatlah berharga. Selain itu, peranan mereka dalam membentuk generasi masa depan sngatlah penting, sehingga islam dalam memanaj kehidupan seorang wanita lebih spesial dari seorang laki-laki. Dalam hal berpaikaian misalnya. Menutup aurat, ketika kita lihat dari asas kemanfaattan, busana yang diatur dalam alquran dapat meminimalisir bahkan mencegah wanita dari mata-mata jahil yang membahayakan kehormatan mereka. Meski demikian, kita tetap tidak lantas berbusana syar'i lantara hal itu sangat bermanfaat bagi kita, tapi lebih dari itu, karena dalam menjalankan syari'at ALLoh tentu saja yang paling utama adalah didasari dengan keimanan dan keta'atan pada ALLoh ta'ala.

 Tak dapat dipungkiri, fakta yang kita lihat, potensi keindahan fisik wanita saat ini banyak dijadikan sebagai modal untuk bisa  mencetak uang. Banyak kontes-kontes perempuan bergengsi yang saat ini digelar diberbagai negara termasuk Indonesia yang pada tahun ini direncanakan menjadi tuan rumah pada ajang miss word. Selain itu, Perempuan saat ini lebih banyak dijadikan sebagai alat untuk mempromosikan produk, bahkan produk yang sebenarnya tidak ada hubunganya dengan perempuan sekalipun. Hampir semua iklan di televisi bintangnya adalah perempuan. Jelas bahwa ini adalah salah satu bukti bahwa di negri ini eksploitasi perempuan begitu besar dan marak. Apalagi saat ini kita berda dalam himpitan ekonomi yang menyesakkan dada, wanita tak lagi dipandang sebagai sesuatu yang berharga.

Namun, banyak wanita yang tidak sadar akan hal ini. Bahkan mereka justru bangga dengan memamerkan tubuhnya di muka publik, apalagi ketika mendapatkan honor yang tinggi. Harga diri mereka seolah diobral pada penikmat mereka. Parahnya, banyak wanita yang menolak bahwa ini merupakan tindakan eksploitasi wanita. Ini adalah buah dari penanaman pemikiran kapitalisme, materialisme, liberalisme, sekularisme,  pragmatisme dan hedonisme  yang merasuk sangat dalam pada diri mereka. Gaya hidup yang mereka anut mereka anggap sebagai sesuatu yang wajar dan hak setiap individu, bahkan mereka anggap sebagai gaya hidup yang lebih unggul. Naudzubillah...

Masih banyak bentuk-bentuk eksploitasi lainya. Tenaga kerja yang dikirim ke luar negri misalnya, kebanyakan dari wanita, sehingga secara gradual wanita masuk dalam dunia pasaran kerja yang memainkan peranan lebih besar di ranah soaial. Ketika banayaknya perempuan yang terserap di pasaaran kerja adalah terbelenggainya tugas rumah tangga mereka. Kapitalisme tak pernah menyentuh sisi humanis seorang ibu kepada anak, yang terfikirkan hanyalah sisi materialisme saja.

Lantas bagaimana nasib generasi kedepan jika eksploitasi wanita terus saja merebak? Padahal seorang wanita mempunyai tugas yang sangat mulia,sebagai pencetak generasi penerus harapan umat. Dalam islam sendiri telah diajarkan bahwa ibu adalah sekolah pertama bagi seorang anak, sehingga peran seorang ibu sangatlah penting untuk bisa menciptakan generasi-generasi unggul.

Ketika sekularisme, kapitalisme, liberalisme dan hedonisme terus tertanam di negri ini, maka selamanya masalah eksploitasi ini tak akan kunjung berhenti. Apa yang dituntukan oleh sekularis dan kawan-kawan akan lebih ditakuti dari pada apa yang dituntutkan Alloh ta’ala. Padahal, kalau kita menilik rujukan yang sudah ditetapkan islam, Al-quran dan al-hadits secara komperehenship mengatur seluruh aspek kehidupan kita. Sehingga, upaya untuk menyelamatkan kaum perempuan adalah dengan melakukan perubahan pemikiran umat untuk kembali kepada syariat islam yang sudah diatur dalam alquran dan assunnah yang menjadi rujukan seluruh aspek kehidupan. Tanpa penerapan aturan Islam secara kaffah kecil kemungkinan untuk bisa merubah budaya eksploitasi ini. <bee>

Selasa, 28 Mei 2013

Relasi antara Filsafat, Ilmu Pengetahuan, dan Agama


      Manusia sering kali disibukan dengan aktivitas mencari kebanaran yang obyektif. Demikianlah masa lalu hingga seterusnya untuk masa yang akan datang. Dengan aktivitas itu, manusia akan sampai pada tiga eksistensi yaitu : ilmu pengetahuan, filsafat, dan agama yang ketiganya bersumber pada kebenaran yang mutlak yaitu Allah Yang Maha Beesar. Dalam bahasa filsafat sendiri, filsafat menyebutkan dengan istilah kausa prima. Ketiga macam pengetahuan inilah yang akan selalu dikembangkan dengan sekuat tenaga oelh umat manusia, sejak pendidikan terendah sampai pada pendidikan tertinggi, secara umum dengan tujuan mencapai kebahagiaan.

          Namaun, dalam realitanya, di dunia perguruan tinggi khususnya mahasiswa fakultas filsafat masih sering kali memberikan kesan buruk. Sebagian dari lulusan filsafat, mereka justru menjadi lemah imannya bahkan seperti orang yang tidak mempunyai akal sehat. Hal inilah yang masih dijadikan doktrin orang bahwa mempelajari filsafat akan merusak keimanan kita. Padahal justru filsafat memberikann fungsi-fungsi dan mempunyai kedudukan tersendiri dalam ilmu dan agama. Filsafatlah yang menjadi motor penggerak kehidupan sehari-hari baik sebagai manusia pribadi maupun kolektif dalam bentuk masyarakat atau bangsa.

Lalu,bagaimana relasi antara filsafat, ilmu pengetahuan, dan agama??

          Oleh Louis kattsoff dikatakan: bahasa yang dipakai dalam filsafat dan ilmu pengetahuan dalam beberapa hal saling melengkapi. Pada bagian lain dikatakan , filsafat dalam usahanya mencari jawaban atas pertanyaan –pertanyaan yang pokok yang kita ajarkan harus memperhatiakn hasil-hasil l ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan dalam usahanya menemukan rahasia alam dan kodrat haruslah mengetahui kefalsafahanmengenai alam kodrat tersebut.

          Ilmu pengetahuan telah banyak membantu manusia dalam mencapai tujuan hidup dan kehidupannya. Yaitu kehidupan yang selalu lebih baik. Namun padakenyataanya tidak dapat dipungkiri bahwa selain mendatangkan dampak positif ilmu pengetahuan seperti teknologi juga sering kali disalah gunakan manusia. Maka untuk mengantisipasi itu ilmu pengetahuan perlu dikaji lebih lanjut oleh filsafat yaitu bahwasanya dalam pengembangan dan penerapan ilmu harus didasarkan pada nilai-nilai yang mencakup kehidupan manusia itu sendri, sedangkan nilai dikaji dalam filsafat sehingga tidak bersifat distributive bagi manusia. Dengan kata lain filsafat memberikan dasar-dasar bagi pengembangan dan penerapan ilmu agar pengembangan dan penerapan ilmu tetap sesuai dengan visi dan misi umat yaitu untuk menegakkan harkat dan martabat manusia.

          Sedangkan kontribusi ilmu sendiri kepada filsafat adalah bahwasanya ilmu memberikan berbagai permasalahan-permasalahan yang baru yang harus dikaji oleh filsafat sehingga filsafat tidak akan pernah ketinggalan terhadap pemikiran-pemikiran manusia.

          Dalam perspektif falasifah, filsafat dan agama merupakan dua pendekatan yang mendasar menuju pada kebenaran.secara kongkrit, agama mempunyai kontribusi kepada filsafat. Yaitu: bahwasanya filsafat harus berdasarkan pada agama, karena jika filsafat berdasarkan akl fikiran saja, maka filsafat tersebut tidak akan memuat kebenaran yang obyektif, karena yang memberikan pandangan dan putusan adalah akal pikiran. Sedangkan kesanggupan akal pikiran itu terbatas, sehingga filsafat yang hanya berdasarkan kepada akal fikiran semata-mata tidak snggup memberi kepuasan bagi manusia, terutama dalam tingkat pemahanman terhadap yang ghaib.

Filsafat sendiri membantu merasionalkan berbagai ajaran agama yang memeang mungkin dapat dirasionalkan. Agama harus dirasionalkan karena:

1. Agar manusia dalam menjalankan agama tidak hanaya sebagai warisan, tuntutan ataupun kebiasaan saja. Namun, kita harus tau dasar-dasar dan kesadaran kenapa kita harus menjaalnkanya.

2. Filsafat juga mampu memperkuat/ meningkatkan keimanan.

        Jika kita telah mengadakan perenungan tentang pengertian yang sedalam-dalamnya dari ketiga buah sumber atau wadah kebenaran, yaitu filsafat, ilmu pengetahuan , dan agama, maka kita mengetahui bahwasanya agama bertujuan untuk kebahagiaan umat manusia dunia akhirat dengan menunjukkan kebenaran asasi dan mutlak, baik mengenai mikro-kosmo (manusia), makro-kosmo(alam), maupun Tuhan/ Allah itu sendiri. Ilmu, filsafat, dan agama mempunyai hubungan yang terkait dan reflektif dengan manusia. Dikatakan terkait kaerena ketiganya tidak dapat bergerak dan berkembang apabila tidak ada tiga alat itu dengan tenaga utama yang berada di dalam dirir manusia. Tiga alat dan tenaga manusia adalah : akal pikiran, rasa dan keyakinan, sehingga dengan ketiga hal tersebut manusia akan dapat mencapai kebahagiaan bagi dirinya.

       Ilmu dan filsafat dapat bergerak dan berkembang berkat akal pikiran manusia. Juga agama dapat berkembang dan bergerak berkat adanya keyakinan. Akan tetapi ketiga alat dan tenaga utama tersebut tidak akan dapat berhubungan dengan ilmu, filsafat , dan agama jika tidak didorong dan dijalankan oleh kemauan manusia yang merupakan tenaga tersendiri yang terdapat dalam diri manusia. Dikatakan reflektif, karena ilmu, filsafat, dan agama baru dapat dirasakan faedahnya dalam kehidupan manusia, apbila ketiganya merefleksi dalam diri manusia itu sendiri.

*Tulisan ini tulisan jadul saat masih semester awal kuliah
untuk memenuhi tugas matakuliah filsafat I, waktu masih unyu-unyunya mengenal filsafat :P

Rabu, 08 Mei 2013

“Cinta untuk mereka”


Hari itu, jadwal  Tim psikologi/ konselor sekolah kontroling di TK. Seperti biasanya, saat jam istirahat saya ikut bermain bersama anak-anak sekaligus observasi segala bentuk aktivitas dan tingkah laku meraka. Ditengah asyiknya bermain tiba-tiba ada saorang anak yang nyeletuk:

Kau bidadari jatuh dari syurga.... dihadapanku.. eaa...”

Sempat bertanya ke mereka, setelah mereka ditanya apa itu maksudnya? Mereka hanya nyengir, n berkata: “Gak tau..“ rasanya  gemes mendengarnya ... lirik lagu yang dinyanyikan oleh salah satu boyband cilik yang lagi naik daun itu sungguh terekam kuat dalam otak anak-anak. Parahnya lagi, tak hanya satu, dua anak saja yang nyeletuk. Hampir semua anak hafal lagu. Jelas saja, lagu itu begitu populer dan seringkali terdengan ditelinga kita, apa lagi jaman sekarang jaman serba canggih, jadi untuk mendengar lagu n nyanyian tak perlu harus beli kaset seperti jaman dulu. Acara-acara musik di Tvpun semakin marak..
Sebenarnya tak ada masalah dengan lagu atau musik untuk dikonsumsi anak-anak. Yang menjadi masalah adalah, kenapa lagu yang bahkan anak-anak yang melantunkan namun mengandung lirik yang tidak sesuai dengan tingkat perkembanganya? Teringat lagu-lagu anak-anak yg dulu banyak populer. Mengajarkan kita untuk menabung, cinta kepada orang tua, semangat belajar.. berbeda dengan sekarang. Kebanyakan lagu yang dinikmati anak-anak sekarang adalah lagu percintaan yang tidak sesuai dengan perkembangan mereka.
 Katakanlah salah satu acara kontes menyanyi anak-anak pada salah satu stasiun televisi, beberapa kali saya amati, ternyata lagu-lagu yang dinyanyikan adalah lagu-lagu yang bernuansakan percintaan. Pada ada acara Kids  Music Awardpun ternyata yang mendapatkan penghargaan adalah justru band-band dewasa yang digandrungi anak-anak. Tak hanya itu, Dari beberapa kali konseling yang saya lakukan dengan orang tua, orang tua sering kali mengeluh dengan sinetron-sineton anak-anak yang sekarang ada. Setelah saya amati, ternyata memang benar bahwa sinetron anak-anakpun berceritakan tentang kisah cinta, padahal tokoh yang diperankan adalah masih anak-anak SMP bahkan SD.
Pernah saya mewawancari seorang anak SD kelas tiga, saat ditanya lagu apa yang anak sukai dan gemari, ternyata lagu-lagu dan penyanyi-penyanyi yang anak sebutkan adalah lagu dan penyanyi dewasa dan kebanyakan band-band dewasa.  Kalau saat inipun banyak band-band anak-anak, namun yang dinyanyikan ternyata tetap saja lagu perintaan antar lawan jenis, riskan memang. Padahal sebenarnya lagu adalah salah satu metode yang cukup baik dalam memasukan pendidikan berupa pesan-pesan moral untuk anak. Seharusnya band-band anak, atau penyanyi-penyanyi anak-anak dimaksimalkan untuk menyanyikan lagu-lagu yang mengandung pesan moral tersebut. Memang ada beberapa bandband anak yang menyanyikan lagu-lagu tetang persahabatan, semangat belajar, namun perlu lebih dimaksimalkan lagi.
Terlihat jelas bahwa saat ini memang banyak hal-hal yang dikonsumsi anak, namun sering kali kurang mendidik ke arah moral yang baik dan tidak sesuai perkembangan usia mereka. Anak-anak seolah olah dikarbit untuk menjadi dewasa, namun kedewasaan itu tidak mengarah ke arah moral yang baik. Padahal masa anak-anak adalah masa pembetukan karakter dan moral yang cukup baik, Perkembangan remaja anak ditentukan oleh pola asuh dan pendidikan karakter sejak dini. Meskipun lingkungan yang kelak ditempati remaja juga besar perananya, namun ketika anak sudah mempunyai pondasi karakter yang kuat, maka anak akan cenderung lebih bisa bertahan dan membedakan mana yang harus diikuti dan mana yang harus ditinggalkanya. <bee>

Kamis, 07 Maret 2013

Bukan Hanya Sekedar Mengajar...

Dalam dunia pendidikan, khususnya pendidikan di sekolah, pendidik atau dalam hal ini ustadz/ustadzah mempunyai peranan yang sangat penting dalam kesuksesan pencapaian tujuan pendidikan. Ustadzah diharapkan tidak hanya mengajar namun juga mendidik anak agar tujuan dapat dicapai secara menyeluruh. Teknik mengajar, hubungan interpersonal guru dengan siswa, dan penguasaan kelas adalah beberapa unsur penting dalam pencapaian tujuan.
            Hubungan interpersonal adalah unsur yang sangat penting dalam hal pendidikan kepada anak baik antara orang tua dan anak maupun guru dan anak. Ketika anak sudah merasa dekat dan bersahabat dengan pendidik, maka nilai-nilai yang akan kita tanamkan ke anak akan lebih mudah untuk menginternal dalam diri anak. Wali kelas dan guru pendamping terutama, wali kelas dan guru pendamping  adalah pendidik yang paling banyak intensitasnya bersama dan berhubungan dengan anak. Selain itu, dalam menyampaikan sesuatu, misalkan peraturan, pendidik harus mampu memberikan alasan kenapa peraturan itu dibuat, apa manfaatnya untuk anak, dan sebgainya. Pendidik juga harus sering mengajak dialog kepada anak dan mengajak anak untuk berfikir.
Berbeda dengan ketika kita hanya menerapkankan sistem hukuman bahkan menyerupai sistem militer dalam menerapkan nilai-nilai kebaikan. Hal ini terbukti bahwa banyak keluhan dari orang tua bahwa anak-anak seringkali tidak konsisten dalam perbuatan, ketika di rumah dan di sekolah karena di sekolah ketika mereka melakukan dan meninggalkan suatu perbuatan kebanyakan hanya karena takut dengan ustadzah dan hukuman. Ketika hubungan interpersonal antara anak dengan pendidik sudah dibangun dengan baik, maka nilai-nilai pendidikan yang kita masukan ke anak akan lebih menginternal dalam diri anak sehingga punishment hanya dijadikan sebagai alternatif terakhir, bahkan metode punishment ini dapat dihilangkan. Hal inilah yang nanti diharapkan dapat dilaksanakan oleh seluruh sumber daya manusia dalam dunia pendidikan kedepanya dalam rangka mewujudkan visi pendidikan.
            Selain hubungan interpersonal, kekonsistenan dan ketegasan juga diperlukan dalam pendidikan. Dalam menanamkan peraturan, pendidik harus semaksimal mungkin konsisten dan tegas. Peraturan tidak akan berjalan maksimal manakala pendidik sendiri tidak meberikan contoh atau bahkan melanggar. Anak bisa jadi takkan memberikan kepercayaan lagi terhadap pendidik bahkan tak mau lagi menjalankan peraturan yang sudah kita buat. Penanaman menerima konseskuensi sudah harus dikenalkan sejak dini, misalkan anak telah melakukan sebuah kecerobohan, maka ia akan merasakan hasil dari kecerobohan itu. Ketika peraturan sudah dibuat dan berjalan, maka tak ada lagi tawar menawar. Jika sekali saja ada keringanan atau karena orang tua merasa kasihan maka kemungkinan besar, anak selanjutnya akan mengulangi hal yang sama.
            Dalam penanaman nilai-nilai moral dan peraturan juga diperlukan adanya komunikasi dan koordinasi antara pihak sekolah dan orang tua. Nilai dan peraturan yang ditanamkan kepada anak disekolah juga harus disosialisasikan dan difahamkan kepada orang tua, serta orang tua juga turut serta konsisten dengan itu. Hal ini juga dapat menghindari adanya ketidak konsistenan anak dalam melakukan dan meninggalkan perbuatan antara di sekolah dengan di rumah. Ketika orang tua sendiri tidak memberikan contoh bahkan melanggar, maka anak bisa jadi hanya melakukan dan meninggalkan perbuatan hanya ketika di sekolah, dan ketika di rumah, mereka tak lagi konsisten.
#Disampaikan dalam buku panduan UPP Nurul Islam Yogyakarta

“Beda Otak Satu Hati”

               Beberpa kali saya membaca entah itu namanya diskusi, debat atau saling hujat di beberapa postingan beberapa orang di fesbuk. Rasanya campur-campur,, pengen ketawa, gondok, miris, gemez. Di sebuah group salah satu ormas islam, harokah A menghujat harokah B.. disna juga harokah A menghujat harokah C.. tepatnya mereka saling menhujat, seolah harokah merekalah yang paling benar. Meski kalau saya pribadi melihat ada oknum dari masing-masing harokah yg masih bisa menempakan diri dan bebrbahasa yg sehat disna, selayaknya memang diskusi sehat. Namun ada oknum-oknum yg <maaf> kalau sya boleh menilai sperti orang yang tidak punya etika berbicara. Tapi tetap saja ujung-ujungnya saling gontok. Ditempat lain, ternyata terjadi hal yg sma, namun kali ini harokah B yang menghujat harokah C. Terjadi hal yang sama.... Kejadian-kejadian semacam ini tidak hanya sya temui di 1 atau 2 tempat saja... Setiap kali membaca pembicaraan meraka rasanya “Gggrrrrr” banget. Saya berfikir, bagaimana jika para islamophobia membaca omongan-omongan mreka? Betapa puasnya mereka melihat muslim yang saling hantam.
             Saya sendiri pernah masuk ke wilayah dan merasakan beberapa tubuh harokah, dan saya merasakan memang masing-masing punya kelebihan dan kelemahan. Bagi saya yang memang memposisikan diri sebagai seorang yg harus terus banyak belajar, saya mencoba untuk mengambil hal-hal positif dari masing-masing harokah. Harokah B misalnya, di sna saya banyak belajar tentang bagai mana menjadi pribadi yg rindu akan syurga.. pribadi yang tidak hedonis dll. Meskipun saya memang blm berubah 100% menjadi pribadi tersebut. Tp saya sndiri merasakan sesuatu yang sedikit berbeda setelah saya belajar dari mereka. Begitu juga di harokah A dan C misalnya, Sya banyak belajar tentang hal lain disna namun ada hal yang saya inginkan, namun tidak saya dapatkan dsna.
             Sebagai alat perjuangan, Saya rasa perbedaan itu tidak tak beralasan. Mereka masing-masing punya landasan dan alasan yg berbeda-beda kenapa memakai alat ini dan itu. Toh yg penting tujuanya sama. Menegakkan kalimatullah.. Ibarat mau ke maliboro, yang satu memakai Vario, dan yg satu memakai Mio. Tinggal lihat siapa duluan yg smpai aja kan? Fastabiqul khoiroot yg sering dilupakan. Perbedaan pemikiran itu hal yang lumrah,, namun, jika smpai dari perbedaan itu menjadikan muslim jdi terpecah belah, bahkan saling tuding, hujat, gontok itu yg perlu dibenahi. Banyak musuh islam yg nyata-nyata di dpan mata justru kita lupakan. Masing-masing kita terlalu sibuk deng fanatisme golongan. Kalo ada slogan “Otak boleh beda tapi hati tetap satu” sepertinya akan dipakai untuk mempersatukan umat. Bersatu meskipun tak melebur, bersatu dan saling bersinergi. Tapi syangnya, masih banyak orang yang berkata dan bersikap itu belum memakai hati.
            Sebenarnya saya kurang setuju dengan analogi bahwa harokah itu ibarat kamar-kamar yang ada dalam satu bangunan atau rumah, karen dengan analogi seperti itu masih akan ada indikasi-indikasi fanatisme, karena memang kamar adalah sebuah ruang pribadi yg terkadang orang lain tak boleh memasukinya dan secara psikologis, hubungan interpesrsonal bisa akan menjadi masalah dari hal semacam itu. Saya lebih sepakat dg analogi bahwa Muslim itu ibarat satu bangunan, dan setiap muslim seharusnya saling menguatkan. Harokah adalah bagian-bagian dari bangunan itu. Ada yg menjadi tiangnya, ada yang menjadi atapnya, ada yang menjadi lantainya.. msing-msing berfungsi dan kalau tidak ada satu saja dari bgian itu, bangunan itu takkan ideal bahkan bisa rubuh. Atau sbagai alat dan kendaraan perjuangan, harokah bisa dianalogikan dg tujuan ke malioboro tdi. 
         Melihat keadaan umat yang cukup parah di zaman yang GJ ini, bagi saya dakwah dari manapun dibutuhkan, atas, bawah, kanan, kiri, dari yang terkecil sampai yang terbesar masing2 kelompok mempunyai peran yang berbeda2. Materi dakwahpun beragam, dari level yang teringan sampai yang terberat semua dibutuhkan. Yang pasti dakwah idealnya memang harus proposional. So, seharusnya kita menghargai siapapun yang berusaha untuk berdedikasi, berda'wah sesuai dengan ijtihad dan kemampuan masing2. Yang menjadi masalah adalah orang yang hanya diam berpangku tangan, tidak tergerak hatinya untuk sekedar memberikan kontribusi untuk umat, mementingkan diri sendiri dan acuh tak acuh dengan keadaan umat dari berbagi belahan dunia dari bejibun permasalahan yang dihadapi dari yang terlihat oleh kasat mata, sampai yang tersembunyi sekalipun. Lantas Apa yg sudah dan bisa kita lakukan saat ini? Sekecil apapun, sesederhana apapun usaha dan kontribusi yg bisa kita lakukan, semoga Hati kita tergerak dan mau merealisasikanya serta kita diberikan keistiqomahan. aamiinn... Wallahu’alam bissowab <bee>

*Foto di atas hanya sebagai ilustrasi saja.. buka berarti hanya HTI dan PKS yang jadi sasaran ^,^


Inspirasiku :D

Inspirasiku :D
Lahan dakwah ladang ILmu.. :)